THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 10 November 2011

suka duka penyiar

Bandung Broadcastingschool Menjadi penyiar radio memang sangat menyenangkan, itu menurut kebanyakan yang sudah menerjuni profesi ini Menurut Anda bagaimana? Pertanyaan ini yang menggelitik penulis untuk menelusurinya dan boleh jadi bisa merupakan referensi yang bermanfaat bagi yang ingin mendalaminya atau mengoptimalkan kemampuan menjadi penyiar radio. Sebenarnya profesi ini tidak cukup hanya dengan bermodalkan bisa bicara saja, penurut penulis lebih dari itu. Banyak yang perlu dipelajari dan dipahami dari sistematika penyajian siaran pada medium yang sangat unik ini. Penyiar radio adalah komunikator dalam kaitannya dengan proses komunikasi. Penyiar radio adalah pengirim pesan untuk khalayaknya. Jadi bisa dibayangkan betapa tidak mudahnya menjadi penyiar radio itu.  Jangan membayangkan mudahnya penyiar radio yang sudah jadi, begitu rileksnya bicara menyampaikan pesan, begitu akrabnya membangun suasana dengan pendengar, menyajikan lagu yang enak didengarkan. Tapi seharunya kita bayangkan adalah bagaimana penyiar radio tersebut bisa mencapai keahlian seperti itu. Proses yang dibangun untuk pencapaian keterampilan penyiar radio memang tidak begitu saja diperoleh, hal ini tentu saja ada proses. Proses inilah yang menentukan seseorang bisa jadi penyiar atau tidak. Proses ini pula yang harus dilalui dengan keseriusan untuk optimalisasi pencapaian . Pertanyaan yang muncul proses apa ? ya , proses pebelajaran kepenyiaran radio secara terus menerus untuk memahami, dan dapat melaksanakan dengan baik profesi di bidang kepenyiaran.  Pada dasarnya setiap orang bisa jadi penyiar radio, dengan syarat “tidak bisu”. Seorang filsup Aristoteles mengatakan bahwa komponen komunikasi itu ada tiga hal penting, yaitu : “Science ( Ilmu Pengetahuan)” , “ Art (Seni) “, dan “Skill (Keterampilan)”.  Tinjauan dari sisi science atau ilmu pengetahuan , adalah sebuah proses yang panjang dari seseorang yang mempunyai keinginan menjadi penyiar radio dengan terus belajar dan tidak cepat puas. Sebagai contoh misalnya belajar memahami proses komunikasi siaran radio dengan model-model komunikasi apa saja yang berkaitan dengan medium radio ini. Kemudian pahami pula karakteristik medium radio dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Pahami spesifikasi musik dan bentuk siaran di radio. Selanjutnya pahami pula bagaimana menulis di radio karena keterampilan menulis akan sangat membantu melakukan siaran. Selain itu akan sangat membantu ketika penyiar harus membuat naskah sendiri atau setidaknya bisa mengoreksi tulisan orang lain untuk kepentingan siaran. Menulis di radio akan sangat berbeda dengan media cetak. Kemudian yang perlu dipelajari lainnya adalah bagaimana bicara didepan mikropon, mulai dari gaya bicara hingga kualitas suara yang perlu ditampilkan. Penyiar radio perlu juga memahami fungsi dan cara kerja peralatan siaran seperti “audio console”; “CD player”,”Tape player”, “Turntable”, dll. Selain paham penyiar harus mengetahui juga bagaimana mengoperasikannya. Setelah semua pendukung siaran dimengerti maka jangan lupa tingkatkan wawasan pengetahuan baik sosial, budaya, politik, ekonomi, dan lain sebagainya untuk referensi materi bicara dari berbagai aspek kehidupan dan keilmuan. Sedangkan dari sisi “Art”, bahwa setiap orang memiliki seni tersendiri, baik dalam bicara maupun keindahan. Oleh karena itu seorang penyiar harus bisa tampil menarik ketika melakukan siaran sehingga bisa menarik perhatian pendengar. Jadilah diri anda sendiri dan jangan menjadi orang lain. Komponen selanjutnya adalah “ Skill” atau keterampilan, untuk hal ini mau tidak mau, suka tidak suka dalam upaya optimalisasi pencapaian keterampilan kepenyiaran radio perlu melakukan latihan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Jika sudah terbiasa maka proses selanjutnya adalah meningkatkan hal-hal lain yang berhubungan untuk menjadi penyiar radio profesional.

0 komentar: